AVENGERS ENDGAME
Film-film yang di
nantikan oleh semua orang termasuk saya salah satunya, 3 hari seblum tayang tiket
pun sudah tidak bisa di beli lagi karena sudah full, jadi menunda saya ingin
menonton film ini, dan pada akhirnya saya bisa menonton film tersebut bersama
saya pada hari 28 april jam 9 malem
Melanjutkan apa
yang ditinggalkan oleh Infinity War, penonton kembali dipertemukan dengan
sejumlah personil Avengers yang masih tersisa seperti Tony Stark (Robert Downey
Jr.), Steve Rogers (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth), Bruce Banner (Mark
Ruffalo), Natasha Romanoff (Scarlett Johansson), Rocket (Bradley Cooper), James
Rhodes (Don Cheadle), serta Clint Barton (Jeremy Renner). Selama setidaknya 30
menit pertama, Endgame memilih untuk menempatkan fokusnya pada fase berduka
yang merongrong karakter-karakter ini pasca kegagalan mereka dalam menghentikan
Thanos (Josh Brolin) untuk melenyapkan separuh penghuni alam semesta. Kita melihat
Tony yang untuk melanjutkan hidup bersama Pepper Potts (Gwyneth
Paltrow) di pedesaan, Bruce yang akhirnya mampu mendamaikan dirinya dengan
alter egonya memilih untuk menjalani hidup sebagai selebriti kecil-kecilan,
Thor yang mencari pelampiasan guna menutupi rasa bersalahnya lantaran telah
gagal menjadi seorang pelindung, serta Steve yang memutuskan untuk membentuk
group therapy bagi mereka yang belum mampu menerima kenyataan bahwa orang
terkasih telah tiada. Ya, menit-menit awal yang berlangsung dengan nada
penceritaan muram dan cenderung depresif ini, si pembuat film berupaya
menunjukkan sisi lain dari para personil Avengers yang manusiawi. Mereka
berbuat kesalahan, mereka gagal, dan mereka juga terpuruk.
Yang kemudian
membuat mereka layak menyandang gelar sebagai “pahlawan” adalah kesediaan untuk
bangkit dari keterpurukan lalu sebisa mungkin memperbaiki kesalahan di masa
lampau meski ada konsekuensi besar yang menanti. Inspiratif? Jelas. Menariknya
lagi, Endgame tak hanya mengajak penonton untuk memperbincangkan perihal
penerimaan dan melanjutkan hidup, tetapi juga soal keluarga, persahabatan,
serta pengorbanan yang seketika menempatkan seri ini sebagai salah satu
superhero movie dengan narasi paling kompleks.
Salah satu yang
menjadi favorit saya secara pribadi (well, ini mungkin akan bersifat spoiler
karena adegannya sendiri tak pernah dipromosikan) adalah ketika para personil
Avengers memiliki kesempatan untuk menjelajah waktu ke tahun-tahun lampau demi
mencuri “batu ajaib” agar tak jatuh ke tangan raksasa ungu berdagu getuk lindri
tersebut. Diniatkan sebagai momen untuk bernostalgia dan penghormatan terhadap
fase-fase MCU terdahulu, sebagian adegan yang muncul dalam misi penjelajahan
waktu ini memiliki tonjokan hebat ke emosi. Adegan-adegan yang saya maksud
antara lain saat Thor mendapat kesempatan untuk mengucap salam perpisahan
kepada ibunda di menit-menit terakhir sebelum beliau berpulang, ketika Tony
memperoleh quality conversation bersama ayahanda yang tak pernah
dibayangkannya, serta tatkala Steve bisa melihat langsung belahan jiwanya.
Disamping performa hebat dari jajaran pemain khususnya Robert Downey Jr.
(serius, dia layak diganjar nominasi Oscar!), Chris Hemsworth, Chris Evans,
Scarlett Johansson, dan Paul Rudd, kesanggupan penonton untuk menginvestasikan
emosi pada banyak adegan merupakan hasil kerja keras para tim dalam membangun
MCU selama sepuluh tahun terakhir secara terstruktur.
Kita melewatkan
banyak waktu bersama para personil Avengers, kita menyaksikan mereka bertumbuh
sebagai karakter, kita mendengar kisah hidup mereka, dan kita pun menjadi saksi
kunci atas perjuangan-perjuangan mereka yang tak pernah sekalipun mudah. Tanpa
pernah disadari, mereka telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Maka begitu
Endgame menghamparkan pertarungan terakbar dalam sejarah hidup setiap personil,
sulit untuk membendung air mata. Ada kebahagiaan karena film memunculkan
karakter-karakter favorit dalam satu titik, ada kebanggaan bisa melihat mereka
sanggup mencapai posisi ini, dan ada kesedihan karena kemungkinan untuk tak
lagi berjumpa terbuka begitu lebar. Saat film akhirnya mencapai ujung durasi,
saya hanya bisa berkata lirih, “thank you, Stan Lee! Thank you, MCU! I love you
3000”. Endgame jelas merupakan persembahan yang sangat istimewa untuk para
penggemar MCU yang telah setia menemani selama satu dekade terakhir. Jika saja
saya menonton film ini bersama orang-orang terkasih, saya mungkin langsung
memeluk mereka erat-erat setelah lampu bioskop dinyalakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar